Mallory-Irvine, Kombinasi Idealisme Murid dan Guru
George Leigh Mallory sudah berusia 38 tahun saat akan memulai pendakian keduanya bersama Adrew Irvine. Mallory saat itu berprofesi sebagai guru. Sementara Irvine, yang saat itu berusia 23 tahun, adalah mahasiswa teknik di Merton College, Oxford, Inggris.
Mallory adalah pria romantis namun terkenal idealis. Kegiatan alam bebas sudah ditekuninya sejak remaja. Dan setelah tenar sebagai pendaki gugnung andal di Inggris, Malory muncul sebagai petualang yang karismatik. Dua kali ia mencoba menjejakkan kaki di Everest pada 1921 dan 1922, namun gagal mencapai puncak.
Sementara itu, Irvine adalah petualang muda yang sedang mencari jati diri. Ia tak kalah idealis dengan Mallory. Untuk urusan mendaki Everest ini, ia rela meninggalkan bangku kuliahnya.
Berdasarkan rekomendasi salah satu anggota tim, Noel Odell, Mallory pun menguji Irvine. Anak muda ini lolos sekelsi dan terpilih sebagai pendaki tim ekspedisi Mallory walaupun belum pernah merambah Himalaya.
Keikut ertaan Irvine memberikan nilai tambah, dengan idenya membawa tabung oksigen. Dua kegagalan Mallory ditenggarai karena ia tidak menggunakan bantuan oksigen.
Bersama Irvine dan tabung oksigennya Mallory diberitakan sudah mencapai North Col, yang berketinggian sekitar 8.000 meter pada 6 Juni 1924. Fotografer ekspedisi. Howard Somervell, sempat mengabadikan persiapan akhir Mallory-Irvine di North Col, sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Mereka menargetkan bisa mencapai puncak tanggal 9 Juni.
Tanggal 8 Juni adalah penampakan terakhir duet Mallory-Irvine. Ahli geologi yang mendukung dua pendaki tersebut, Noel Odell, mengatakan bahwa dirinya melihat dua bintik hitam yang bergerak perlahan diwilayah Second Step, sebuah tebing tinggi menjelang wilayah puncak Everest.
Setelah itu semuanya menjadi gelap. Kabut makin tebal dan angin bertiup kencang. Seiring dengan badai yang makin garang, Mallory dan Irvine pun tak pernah kembali pulang. Sudahkah mereka mencapai puncak? (Don)